Prau dan Jalanan Sunyi


Gunung Prau adalah sekian gunung yang sering saya datangi. Karena ketinggian dan medannya tak terlalu menjadi masalah. Prau jadi tempat kesekian pula bagi saya untuk alih-alih menyingkir sebentar dari hiruk pikuk arus masyarakat yang penuh dengan kepentingan pribadi maupun golongan.

Bagi sebagian orang, menyingkir dari arus utama adalah sebuah keharusan. Momen itu seperti oase yang menyegarkan kala harus menghadapi kepenatan. Pun bagi saya. Gunung adalah satu dari sekian tempat yang menawarkan kedamaian walau hanya semu. Kedamaian itu pula yang memicu diri untuk semakin sering merenung. Memilih, memilah, mengukur, dan mengevaluasi setiap langkah yang diri lakukan atau dalam bahasa lain berarti otokritik.

Meski otokritik jarang dilakukan, bahkan tidak perlu untuk seseorang yang terus berteriak atasnama kebenaran tanpa memandang kanan kiri depan belakang, otokritik adalah cara paling efektif untuk melatih diri menjadi seorang yang objektif.

Ia adalah cermin yang memberitahu bagaimana bentuk kita sebenarnya, memberitahu bagaimana kebusukan kita yang ternyata telah menggerogoti diri menjadi sedemikian rupa, juga memberitahu bahwa ternyata ada beberapa hal dari diri kita yang mampu diasah untuk bisa menebarkan benih-benih kebaikan.

Saya yakin, setiap orang memilih jalannya masing-masing untuk mewarnai hidupnya, atau memilih jalan yang dimana dia diwarnai oleh hidupnya. Dan Tuhan, dengan mekanismenya tersendiri menggerakkan manusia menuju titik-titik tertentu... Kadangpula titik-titik tersebut harus kita isi semampu kita.

"Masa depan adalah titik-titik yang harus kau cari dan isi sendiri"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyanyi Sunyi Buruh Tempo Hari

The Lost Boy : Sebuah Review

Kudapan Bocah Pesisir